Ilustrasi ibu dan anak/Freepik
Ilustrasi ibu dan anak/Freepik
KOMENTAR

BANYAK orang tua merasa kesal saat anak memberikan slow response saat diperintah. Misalnya saja saat kita memintanya mengambilkan kain pel untuk membersihkan air yang tumpah, anak hanya diam atau hanya mengatakan “ya sebentar” setelah kita memanggilnya dua hingga tiga kali.

Marah?

Eit, tunggu dulu. Coba ‘berkaca’ dulu dengan perilaku selama ini. Ingat baik-baik saat anak meminta kita melakukan sesuatu.

Saat anak meminta kita membantunya mengerjakan sisa tugas di sekolah, jawaban kita “ya, nak…sebentar ya”. Atau saat dia mengajak kita pergi ke toko buku untuk membeli pensil, jawaban kita “sebentar ya, nak…coba kamu pakai yang masih ada dulu, ibu masih ada pekerjaan.”

Kira-kira, dari mana anak belajar untuk slow response?

Kita adalah orang tuanya, maka sudah pasti anak-anak akan belajar dari kebiasaan orang tuanya. Terlebih lagi ketika anak dalam golden age-nya, anak menyerap semua kebiasaan positif maupun kebiasaan negatif yang dilakukan orang tua.

Jika ini sudah terjadi, kita harus bisa melatih diri untuk lebih bersabar menunggu anak. Mengerti dengan dirinya saat ini. Tidak mudah marah jika dia memberikan slow response terhadap perintah kita.

Tapi kita juga harus mulai berlatih untuk menjadi orang tua yang peka dan sigap. Berlatih menjadi orang tua yang tidak suka menunda pekerjaan. Jika kita ingin anak berubah, maka kita pun harus dan pasti bisa berubah.

Maka benarlah bahwa menjadi orang tua adalah proses pembelajaran sepanjang waktu. Kita mungkin pernah salah, tapi jangan sampai selamanya terjebak dalam kesalahan itu. Ketika kita menyadari kesalahan yang kita lakukan dalam mengasuh anak, jangan pernah menunda untuk memperbaikinya.




Mengajarkan Anak Usia SD Mengelola Emosi, Ini Caranya

Sebelumnya

Jadikan Anak Cerdas Berinternet Agar Tak Mudah Tertipu Hoaks

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Parenting